Thursday, June 13, 2013

Hubungan Tekstur dengan Pertumbuhan tanaman - Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris (Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin. Kajian tanah dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah subur), namun pada realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008). 

Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro, tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya  untuk menahan tanah (Hakim, 1986). 

Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk hilang dari tanah dan sebaliknya.Oleh karena itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik ketimbang tanah bertekstur debu (Kemas,2005).

Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).

Karakteristik tekstur tanah - Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk berbagai penggunaan.Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara, semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal, 1979).

Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat.Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat (Hanafiah, 2008). 

Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau pasir berlempung (Kemas,2008). 

Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Kemas,2005). Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berpasir halus.Tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu.Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat berpasir atau lempung liat berdebu (Hakim, 1986). 

Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 1995). 

Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak bisa membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan seterusnya (Kemas,2005).

Tinjauan Umum & Definisi Tekstur Tanah - Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).

Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).

Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk, sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun digunakan sebagai patokan.Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal adalah pasir, liat dan lempung. 

Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (Anonim,2012)

Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral tanah.Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan sifat lainnya.Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa mekanis.Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang.Metode ini merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya.Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan (Hakim, 1986).

Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).

Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).

Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partikel Density - Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi proses particle density yaitu kadar air, tekstur tanah, stuktur tanah, topografi dan bahan organik. Kelima faktor ini sangat berpengaruh dalam proses particle density  dan sangat berhubungan erat satu sama lainnya dan faktor-faktor ini memiliki peranan yang amat penting. Tanpa adanya pengaruh kadar air maka proses particle density tidak berlangsung karena air sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah, dan jika particle density tidak dipengaruhi oleh tekstur dan stuktur maka volume kepadatan tanah tidak kita ketahui karena tanah tersususn oleh fraksi pasir, fraksi liat dan fraksi debu sehingga untuk mengetahui volume kepadatan tanah tentulah sangat dipengaruhi oleh tekstur dan stuktur, selain itu kandungan bahan organik di dalam tanah sangatlah mempengaruhi volume kepadatan tanah(Hanafiah, 2005).  

Tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang banyak berbeda volume kepadatan tanahnya bila dibandingkan tanah yang memiliki  kandungan bahan organik yang sedikit selain itu topografi juga sangat mempengaruhi volume kepadatan tanah jika tanah yang terletak pada topografi yang curam maka kemampuan untuk mengikat air itu lebih rendah dibandingkan tanah yang terletak pada topografi yang datar, apabila tanah terletak pada topografi yang curam maka kemampuan untuk mengikat air rendah sehingga volume kepadatan tanah akan lebih besar bila dibandingkan tanah yang memilki topografi datar (Hanafiah, 2005).  

Pengaruh Partikel Density Terhadap Tanaman
Tanah permukaan biasanya mempunyai kerapatan yang lebih kecil dari sub soil, karena berat bahan organik pada tanah permukaan lebih kecil dari pada berat benda padat tanah mineral dari subsoil, volume yang sama. Top soil banyak mengandung bahan organik sehingga Particle Density-nya pun rendah. Walaupun demikian, perhitungan perhitungan secara garis besar tanah permukaan yang diolah dianggap mempunyai kerapatan butir kurang dari 2,65 gr/cm.Particle Density berdasarkan fase padat tanah Berat jenis butiran tanah adalah berat suatu volume fase padat tanah, biasanya dinyatakan gr/cm3. Berat jenis butiran ini beragam antara 2,6-2,7 gr/cm3 rata rata berat tanah mineral biasanya sebesar 2,67 gr/cm3 untuk kepentingan praktis sehingga menentukan nilai Particle Density (Anonim,2012)

Jika Particle Density suatu lahan rendah, maka tanah tersebut kurang baik untuk dijadikan media tanam. Sebaliknya jika nilai Particle Density tinggi, maka bagus untuk dijadikan suatu media tanam bagi produktivitas tanaman. Bahan organik memiliki berat yang lebih kecil dari berat benda pada tanah mineral yang lain dalam volume yang sama, jumlah bahan organik dalam tanah jelas mempengaruhi kerapatan butir. Akibatnya tanah permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari sub soil (Hardjowigeno, 1992).

Tinjauan Umum & Defenisi Partikel Density - Partikel densiti suatu tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang partikel ini didefenisikan sebagai massa setiap unit volume kandungan bahan organik dari komposisi mineral yang terdapat didalam mineral tanah tersebut. Pada tanah lapisan atas mempunyai  nilai partikel density  yang lebih rendah dibandingkan lapisan bawah, dikarenakan pada lapisan ats mengandung banyak bahan organik (Foth, 1993).

Kerapatan  isi adalah berat persatuan volume tanah kering oven biasanya ditetapkan dalam gram/cm3. Pengambilan suatu sample tanah tidak boleh merusak suatu struktur yang asli. Terganggunya struktur tanah dapat mempengaruhi pori-pori tanah, demikian pula berat per satuan volume. Empat atau lebih bongkahan tanah biasanya diambil dari setiap horizon untuk memperoleh nilai rata-rata. Gumpalan tanah yang diambil dari lapangan untuk menetapkan kerapatan isi itu di bawah ke laboratorium untuk dikeringkan udaranya dan ditimbang Kerapatansetiap partikel tanah merupakan suatu tetapan dan bervariasi menurut jumlah dan ruang partikel. Hal ini tidak berbeda banyak pada tanah yang lain, jika tidak terdapat variasi yang harus dapat dipertimbangkan , kandungan tanah dan kondisi tanah mineral tanah. Orang yang menyatakan berat tanah dalam istilah kerapatan butir-butir yang menyusun tanahnya, biasanya ditetapkan sebagai kerapatan butiran (Hakim, dkk. 1986).

Kerapatan tanah atau butiran tanah setiap jenis konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antar partikel. Perbedaan kerapatan sarahnya diantara jenis tanah, tidak begitu besar kecuali terhadap variasi  yang besar di dalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral yang terdapat di dalam tanah Kerapatan isi dapat pula ditetapkan lain misalnya  poundft. Jika ditetapkan dalam gram/cm3, maka kerapatan isi lapisan  oleh bertekstur halus biasanya berkisar antara 1,3-1,8. Semakin berkembang struktur biasanya memiliki nilai berta jenis palsu yang rendah, dibandingkan pada tanah yang berpasir. Hal yang sangat berpengaruh pada PD yaitu kandungan bahan organik dalam tanah, karena banah organik lebih kecil dibandingkan dengan berat pada mineral yang lain dalam volume yang sama ( Pairunan 1985 )

Berat jenis butiran tidak berubah dan ukuran butiran atau dengan perubahan pori-pori. Berat jenis tanah mineral rata-rata berat bahan mineral yang paling banyak terdapat tanah ( syarif, 1986 )

Mengenal Partikel Density Tanah - Partikel density didefenisikan sebagai berat dari suatu padatan tanah. Jelasnya yang dimaksud volume tanah disini adalah volume tanah saja. Jadi tidak termasuk volume ruang-ruang yang terdapat diantara zarah-zarah.Partikel densiti dinyatakan dalam berat tanah persatuan volume tanah, jadi dalam 1 cm3 padatan tanah beratnya adalah 2,6 gram, maka partikel density tanah tersebut adalah 2,6 gram/cm3.

Pada umumnya kisaran partikel density tanah mineral kecil yakni antara 2,6-2,93 gram/cm3. Hal ini disebabkan  mineralkwarsa, feldspart dan silikat kolodal yang merupakan komponen tanah sekitar angka tersebut. Plartikel densiti dapat melibihi 2,75 gram/cm3, bila dalam tanah tersebut terdapt mineral-mineral berat seperti magnetic, granet, epidet, sirkon, turmalin dan hornblende. Besar ukuran dan caa teraturnya partikel tanh tidak terpengaruh pada partikel density, akan tetapi kandungan bahan organik memberi pengaruh besar pad apartikel density.

Lapisan atas mempunyai partikel density yang lebih rendah dari pada lapisan bawah karena ukuran dan cara tersusunnya partikel tanah tidak terpengaruh pada partikel densiti tanah. Besarnya ukuran partikel-partikel tanah tidak mempengaruhi pada partikel density dan ini merupakan salah satu sebab mengapa tanah pada lapisan atas mempunyai partikel desniti yang lebih rendah dari lapisan bawahnya. Dan jelasnya bahwa dengan pengaruh kandungan bahan organik yanglebih tinggi mempunyai nilai PD yang rendah dibanding tanh yang mengandung bahan organik yang rendah, nilai Pdnya akan semakin tinggi.

Hubungan Porositas dengan Pertumbuhan Tanaman - Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu,  kelembaban, sifat mengembang dan mengerut  sangat mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada porositasnya.Sebaliknya pada musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas tanah tersebut.Selain itu, struktur tanah juga akan sangat berpengaruh, karena sangat bergantung pada kadar liat , pasir, dan debu yang dikandung tanah tersebut (Hanafiah,2006).
Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut. Bila suatu tanah dengan porositas rendah maka sulit menyerap air, bila kita menanam tanaman yang tidak butuh banyak air, akan sangat menghambat bahkan merusak tanaman. Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab dan akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman (Hakim,1986). 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah - Porositas tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satu di antaranya adalah keadaan tekstur  tanah. Tanah yang bertekstur ganuler atau  remah memiliki tingkat porositas yang lebih tinggi daripada tanah yang bertekstur massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.  Kedua tipe tekstur tanah tersebut  memiliki perbedaan dalam hal ruang/pori yang di dalamnya terdapat air dan udara. Tanah yang bertekstur ganuler memiliki ruang/pori tanah yang besar berisi udara dan kadar air yang lebih sehingga menunjung tanaman dalam perkembangannya, sedangkan tanah bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil serta kandungan air yang sedikit dan sangat mudah untuk hilang sehingga tanaman mudah kering (Pairunan, dkk., 1985).

Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya  perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas   yang besar  (Hakim, dkk., 1986).

Nilai suatu  porositas berbanding lurus dengan besar kecilnya struktur tanah. Tanah dengan struktur kersai membuat tingkat porositas semakin tinggi, sedangkan bilamana struktur tanah rendah maka nilai porositasnya juga akan menurun (Pairunan, dkk., 1985).

Perlakuan pada tanah juga memberi pengaruh yang nyata pada ruang pori lapisan tanah. Tanah pertanaman cenderung mempunyai ruang pori yang rendah, jika dibandingkan dengan tanah asli. Pengurangan ini biasanya dihubungkan dengan menurunnya bahan organik yang menyebabkan kurangnya butiran-butiran tanah. Jumlah pori dalam sub soil tanah pertanaman menjadi berkurang meskipun berkurangnya agak lambat. Penanaman secara terus-menerus terutama pada tanah yang mula-mula tinggi bahan organiknya kerap kali mengakibatkan pengurangan pori-pori makro. Pengolahan dan penanaman jelas mengurangi jumlah total ruang pori. Hal ini diikuti dengan kenaikan pori-pori mikro yang kurang lebih sebanding. Sudah dapat diduga bahwa pengurangan besar pori-pori ada hubungannya dan sesuai dengan makin berkurangnya kandungan bahan organik (Buckman dan Brandy, 1992).

Salah satu pentingnya dilakukan pengolahan tanah adalah untuk memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan tanah, adapun cara lain yang dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu dengan penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum. Karena tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung mempunyai ruang pori yang rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-menerus tanpa adanya pengolahan tanah maka akan mengurangi pori-pori mikro dan kandungan bahan organik di dalam tanah (Hakim, dkk., 1986).

Ruang pori-pori tanah adalah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori-pori ini sebagian besar ditentukan oleh susunan butiran-butiran padat. Kalau letak satu sama lain erat seperti pasir atau subsoil yang porositasnya rendah. Kalau tersusun dalam agregat yang tergumpal bahan organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi (Buckman dan Brady, 1992).

Lapisan-lapisan tanah terdapat sejumlah ruang pori, dimana keberadaan ruang pori tersebut penting karena masing-masing ruang terisi oleh udara dan air. Jumlah air yang bergerak di dalam pori-pori tanah berkaitan erat dengan ukuran dan jumlah pori yang ada dalam tanah tersebut. Besar ruang pori tanah bervariasi dari satu horizon ke horizon lainnya, sama halnya dengan sifat tanah yang lainnya dan keduanya dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah (Hakim, dkk., 1986).

Air tersimpan atau tertekan dalam pori karena adanya gaya kapiler. Pori-pori besar yang tidak menahan air dengan gaya kapiler disebut dengan pori nonkapiler atau pori aerase atau gaya-gaya kapiler yang dinamakan pori kapiler atau pori mikro (Hakim, dkk., 1986)

Berdasarkan diameter ruangnya, pori- pori tanah dipilih mejadi 3 kelas, yaitu: (1) makropori (pori- pori makro) apabila bila berdiameter ≥ 90 mm, (2) mesopori (90-30 mm) dan (3) mikropori (<30 μm) (Jongerius, 1957). Sedangkan Greeland (1977) berdasarkan pengaruhnya terhadap air memilahkannya menjadi 5 kelas, yaitu: (1) pori pengikat jika berdiamater <0,005 μm, (2) pori residual (0,005- 0,1 
μm), (3) pori penyimpanan ( 0,1-50 μm ), (4) pori transmisi (50-500 μm), dan 5 celah (>500 μm). Dalam masalah porositas persatuan volume tanah ini ada 3 fenomena yang perlu diperhatikan secara seksama yaitu : 
  1. Dominasi fraksi pasir akan menyebabkan terbentuknya sedikit pori- pori makro (dari 5700 partikel per gram tanah terbentuk sekitar 1.400 pori makro), sehingga luas permukaan yang disentuh bahan menjadi sangat sempit (hanya 45 cm2 per gram tanah), sehingga daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah keluar-masuk tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi oleh udara, sehingga pori-pori makro disebut juga pori aerasi, atau dari segi kemudahannya dilalui air (permeabilitas) disebut juga sebagai pori drainase. Namun persoalan pada fenomena (1) ini, meskipun ketersediaan air dan udaranya baik, ketersediaan nutrisinya rendah.
  2. Dominasi fraksi liat akan menyebabkan terbentuknya banyak pori- pori makro (dari 90.250,853 juta pertikel per gram tanah terbentuk sekitar 22.500 juta pori makro), sehingga luas permukaan seluruhnya menjadi sangat luas (8 juta cm per tanah, hampir 200.000 kali lipat), sehingga daya pegang air yang cukup kuat. Pada kondisi lapangan, sebagian besar ruang pori terisi air, sehingga pori-pori mikro ini disebut juga pori kapiler. Pada fenomena (2) ini meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik, ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman dan mikrobia tanah.
  3. Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya pori- pori meso dalam jumlah sedang (dari 5,776 juta pertikel per gram tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso) sehingga luas situs-seutuhnya menjadi cukup luas (454 cm2 per gram tanah), menghasilkan daya pegang air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup mudah masuk-keluar tanah, sebagian air akan tertahan. Di lapangan, sebagian besar ruang pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang, sehingga pori-pori meso termasuk juga pori drainase, sehingga cukup permeabel. Pada fenomena (3) ini problemnya sama dengan fenomena (1) (Kemas Ali Hanafiah, 2010).

Pori-pori tanah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu pori-pori besar yang merupakan pori yang berisi udara dan air gravitasi. Pori ini tidak menahan air dengan gaya kapiler sehingga sering disebut sebagai pori aerase atau pori non kapiler. Jenis pori yang kedua yaitu pori halus yang merupakan pori yang berisi udara dan air kapiler sehingga disebut juga pori kapiler. Pori mampu menahan air dalam tanah. Tanah yang baik adalah yang seimbang antara pori aerasi dan pori kapilernya (Hardjowigeno, S. 1995).

Pori tanah adalah ruang di antara butiran padat pada tanah. Pori ditempati oleh udara dan air. Pada umumnya pori-pori besar berisi udara, kecuali bila tanah seluruhnya tergenang air, dan pori-pori kecil berisi air, kecuali tanah sangat kering porositas tanah adalah persentase volume tanah yang tidak ditempati padat. Porositas tanah adalah menentukan jumlah dan sifat pori. Liat memiliki porositas yang tinggi daripada pasir. Ukuran pori-pori pada liat kecil dan dapat menahan air, tetapi permeabilitas lambat (Pairunan, dkk, 1985).